Di kelas Logika UI, katanya, diajarkan contoh premis yang tidak nyambung:
Manusia bernapas
Mohamad Ali bernapas
Jadi Mohamad Ali adalah manusia
Menurut Sarlito logika itu tidak betul karena kalau Mohamad Ali ditukar "kucing", jadi Kucing adalah manusia.
Selama ini, sulit mengetahui penalaran bank Century sebagai bank dengan resiko sistemik. Alasan yang terus menerus disodorkan, "kalau bank Century ditutup (pada saat krisis keuangan) akan terjadi rush di sekian bank yang lain".
Coba diterapkan premis Pak Sarlito:
Bank dengan resiko sistemik adalah bank yang kalau tutup (fail) akan mengakibatkan kekacauan/kegagalan bank lain
Bank Century kalau ditutup (saat krisis) akan mengakibatkan kekacauan bank lain
Jadi, Bank Century adalah bank dengan resiko sistemik
Kalau demikian cara berlogika pengawas BI, sudah jelas yang akan dapat label "resiko sistemik" adalah bank yang memiliki kinerja keuangan paling lemah diantara bank yang lain.
Disini pentingnya kemampuan "bertanya" secara benar: apa sebetulnya resiko sistemik itu? bagaimana cara mengukurnya? bagaimana karakter bank atau institusi dengan resiko sistemik?Lepas dari berapa banyak pasar yang akan terpengaruh oleh "resiko sistemik", salah pemberian label jelas akan menimbulkan kekacauan tersendiri.
Mungkin ketidakmampuan bertanya secara benar itulah yang membuat pengawas bank Century memberi label "sistemik". Dan itu sebabnya, setiap kali ditanya "mengapa bank seperti ini beresiko sistemik" dijawab tidak langsung: kalau ditutup bikin kacau, namanya sistemik.
Seingat saya, pengawas bank tidak pernah memaparkan detail karakteristik bank Century: apa perannya di pasar uang? bagaimana di pasar modal? Tapi, bagaimana mereka bisa paparkan karakteristik Century, kalau mereka sendiri tau bank ini sebetulnya sudah "mati": kurang modal, banyak pelanggaran, dst.
Dimana sistemiknya yang menurut teori??
Kalau toh ada "sistemik" dalam kasus bank Century, adalah "kesalahan sistemik" pengawasan bank.
Kompas, 28 September 2009 hal. 18: "BI mengaku tidak memiliki info mengenai pelanggaran BMPK (Bank Century)".Menurut ketua BPK, BI bukan hanya tidak tau ada pelanggaran BMPK (Legal lending limit), tapi bahkan data yang diserahkan ke KKSK bukan info terkini; padahal BI punya onsite supervisor di bank Century... (BI dieharder pasti kecewa berat dengan hasil audit BPK...Kalau nggak terima, bikin saja teori konspirasi sebanyak2nya)
Sarlito bilang, premis yang tidak nyambung (=tidak logis) banyak dikemukakan tidak hanya dikalangan politisi tapi juga (antara lain) intelektual/cendekiawan/profesor. "Ini keblinger", katanya. Menurut saya, cara berpikir tidak logis kadang sengaja diambil untuk mempengaruhi opini publik. Soal bailout Century juga begitu. Dibikinlah alasan2 yang bahkan dirujuk ke literatur saja susah dikonfirmasikan; dibikinlah keterkaitan dengan peristiwa luar negeri (Lehman bangkrut dst) seolah semua orang itu bodoh, nggak bisa mikir dan harus dikasi ceramah bagaimana ngawasi bank itu.
Tapi saya pribadi percaya, pada akhirnya kebenaran akan muncul.
Kalau memang perbankan Indonesia diawasi dengan baik, hasilnya pasti kelihatan dan dirasakan banyak orang. Tapi kalau pengawas bank "asleep at the wheel", hasilnya juga akan kelihatan.
Saya baca di Kontan online katanya Century mau ganti nama jadi Mutiara?? Kayaknya kok lebih cocok diganti nama jadi "Bank Sistemik" :-)
Sri (nggak mau keblinger)
No comments:
Post a Comment