Grundelan bailout bank Century

Sunday, December 13, 2009

Krisis atau "krisis"? (Look who's talking)


Kira-kira satu atau dua minggu belakangan ini Kompas cetak banyak memuat ulasan pengamat ekonomi mengenai bailout bank Century. Ada yang berimbang: memaparkan kondisi ekonomi global 2008 tapi tidak melupakan fakta bank Century itu bank yang sarat masalah; juga menyebut masalah "resiko/dampak sistemik" (tulisan A Prasetyantoko, Kompas 14 Desember 2009, hal 6). Ada juga yang sengaja lupa kalau bank Century itu bank bermasalah, dan tidak menyinggung "dampak sistemik" yang jadi pemicu bank Century diselamatkan. Misalnya tulisan A Tony Prasetiantono, di Kompas pada hari yang sama, mengedepankan hitungan2 untung rugi antara ditutup dan dibailout. (Seingat saya, beliau ini sering sekali bikin tulisan mengenai bailout Century, tapi isinya nyaris sama, misalnya di Kompas 2 Desember 2009 hal 6). Ada lagi yang netral (menurut saya nyaris tidak jelas) seperti tulisan Krisna Wijaya (Kompas 2 Desember 2009, hal 21). Analis Danareksa, Purbaya Yudhi Sadewa, sejak bailout diributkan seingat saya sudah dua kali bikin tulisan di Kompas mengenai "banking pressure index" semester kedua 2008 yang tingginya hampir sama saat krismon sepuluh tahun lalu. Tulisannya yang terakhir di Kompas 7 Dsember 2009 hal 21. Intinya menurut beliau, kebijakan pemerintah tepat (kebijakan yang mana? yang membailout Century atau menurunkan BI rate tahun 2008? atau semua?).

Ada lagi pernyataan dari Aviliani, juga pengamat ekonomi/perbankan, yang bilang kalau Century ditutup akan berdampak sistemik; walaupun dalam kesempatan berbeda, beliau ini bilang "dampak sistemik (atau mungkin resiko sistemik-maksudnya?) itu susah diukur" (lha kalo susah diukur, gimana bisa bilang tidak dibailout akan berdampak sistemik??). Ekonom Mirza Adityaswara juga menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia 2008 itu kritis, dan bailout adalah kebijakan yang tepat. Beliau ini seingat saya sering mengkaitkan bailout Century dengan bangkrutnya Lehman Brothers.
Yang beda haluan tentu saja ada: Drajad Wibowo (dari awal "menghajar" keputusan bailout Century), Imam Sugema (sistemik apa?? tanyanya waktu ditanya apakah Century beresiko sistemik). Kwik Kian Gie juga di kubu ini. Itu nama-nama yang setau saya tidak sepakat dengan bailout Century. "Kebetulan", Drajad dan Kwik dikenal tidak menyembunyikan ketidaksukaan kepada Boediono (mantan Gubernur BI waktu bailout Century).
Tulisan dan statemen yang saya sebut barusan belum termasuk tulisan2 atau pernyataan dari pengamat politik, pakar hukum, pakar filsafat, sosiolog... Apalagi sejak pansus angket terbentuk....Terima koran pagi-pagi isinya seolah Century melulu. Nampaknya, PMS (penyertaan modal sementara) LPS terhadap Century bisa juga diartikan sebagai PMS "premenstrual syndrome". Orang marah2 dan sensitif sekali ngomong Century.

Yang jelas, mengenai Century ini, menarik untuk mengamati "siapa ngomong apa". Ekonom yang pro bailout (tepatnya: mendukung bailout walaupun sambil mengabaikan fakta kinerja Century), nampaknya ekonom atau pengamat yang bekerja di atau berafiliasi dengan institusi keuangan yang dimiliki pemerintah. Ya bisa dimengerti sih. Yang ngasi gaji "under attack" masa nggak dibelain?
Tapi jadi "lucu" kalau file/dokumen tulisan mereka tahun 2008 itu dibaca lagi. Misalnya, ada yang nulis waktu itu (2008), "fundamental ekonomi Indonesia kuat" (maksudnya, jangan khawatir biar IHSG jeblok, kurs dolar berfluktuasi). Ada lagi yang nulis tahun 2008 mengenai "banking pressure index" dan berkesimpulan, "langkah pemerintah menurunkan suku bunga sudah tepat". Setahun kemudian, artikel yang sama, agak diubah endingnya "langkah membailout sudah tepat".
Lebih lucu lagi kalau mengamati atau membandingkan pernyataan pejabat / pers release dari BI. Kira2 setahun lalu yang disoroti adalah non-performing loan; likuiditas antar bank yang ketat; indeks stabilitas keuangan yang cenderung meningkat. Tapi nggak papa (itu katanya setahun lalu); don't worry, everything is under control. Ada juga pejabat yang bilang (mengenai tekanan di industri perbankan): nggak papa....bank-bank kecil malah bisa bertahan kok; yang berat malah bank-bank besar. Waktu IFI ditutup: IFI?? oooh dia sih dah bermasalah sejak 2002..makanya ditutup..ndak papa..
Setahun kemudian, ketika bailout mulai diributkan (karena fakta makin banyak yang dibuka ke publik), semua "berbalik 180 derajat": krisis waktu ituuuuuu.... Argumentasi yang dipaparkan tidak hanya IHSG, kurs, cadangan devisa, interbank rate, country risk, tapi bahkan sampai ke masalah perburuhan (upah minta naik)....Lengkap sekaleeeeeee...

Sri Mulyani, dalam wawancara dengan Tempo Interaktif, pernah bilang kira2 begini: "saat memimpin negara, dalam kondisi penuh tekanan, seorang pejabat tidak bisa mengatakan sistem perbankan akan kolaps, yang akan membuat kepercayaan masyarakat semakin tipis. Dalam situasi rapuh, pejabat akan mengatakan sistem keuangan cukup stabil. Ini bukan berarti bohong karena pejabat berkewajiban menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap pilihan kata, sikap tubuh dan cara berkomunikasi, semua demi menjaga kepercayaan itu". Menurut saya yang dibilang Sri Mulyani tentang public officer itu benar: masak pejabat ngomong "besok pagi bank2 akan rontok semua??" kan tidak. Tapi yang jadi masalah, bagaimana kalau "ketahuan" bahwa kenyataan tidak seperti yang diomongin? Atau bagaimana kalau pejabat yang sama (dalam waktu satu tahun) bikin statemen yang bertolak belakang (benernya, kondisi yang dulu itu nggak sebaik yang saya bilang...)
Dimasa yang akan datang, bagaimana harus menyikapi pernyataan pejabat Indonesia (dalam hal ini pejabat otoritas keuangan Indonesia)? Kalau semisal mereka bilang "perbankan kita baik2 nggak usah risau"...jangan2 (karena pengalaman 2008-2009 ini) orang malah mulai panik atau setidaknya mulai curiga; akhirnya berlaku "self fullflling prophecy: yang dikhawatirkan (berusaha dihindari) malah kejadian... Bending the truth itu katanya biasa dilakukan...tapi, kalau jadi pejabat publik, apalagi otoritas keuangan, seberapa "pembengkokan fakta" yang bisa ditolerir??

Ada yang bilang, jadi pejabat publik atau politisi, beda dengan ilmuwan/scientist. Kalau pejabat publik atau politisi "nggak boleh salah, tapi boleh bohong". Sedangkan scientist itu "boleh salah, tapi nggak boleh bohong".


Sri (pokoknya jangan "sudah salah, bohong pula")


http://www.detikfinance.com/read/2008/10/28/102657/1027027/4/ekonomi-ri-2008-vs-1998
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/28/01292420/fundamental.ekonomi.masih.baik
http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1706:tekanan-di-sistem-perbankan-meningkat&catid=53:aumum
http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/04/23/20/103184/bi-tekanan-ekonomi-ri-meningkat
http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/opini/1id80412.html
http://www.news.id.finroll.com/ekonomi/ekonomiakeuangan/46138-____simulasi-bi--pertumbuhan-4-persen-npl-5-6-persen____.html

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/09/28/brk,20090928-199626,id.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/09/28/brk,20090928-199627,id.html

http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2009/09/28/brk,20090928-199628,id.html

http://bumnwatch.com/i09/puluhan-bank-terancam-dilikuidasi
http://bataviase.co.id/detailberita-9919450.html
http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/09/17/157020/ekonom-penyelamatan-century-langkah-tepat/
http://id.news.yahoo.com/viva/20091207/tbs-andai-century-tidak-diselamatkan-4791c3f.html

http://www.pkesinteraktif.com/content/view/5765/31/lang,id/
http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2009/09/05/80777/Janggal,-Kucuran-Triliunan-buat-Bank-Sekecil-Century

http://www.pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=23689

http://epaper.republika.co.id/berita/92404/BI_Penyelamatan_Century_Sesuai_Metodologi

No comments:

Post a Comment